Cimelati

Baru saja kuinjakkan kedua kakiku di villa cimelati milik Pak Ishadi, segudang keingintahuan mulai tertumpuk rapi di otakku ini. Dari mulai kapan villa ini ada, sampai kepada pertanyaan yang agak nakal:"kira-kira boleh tidak aku dan juwitaku bertamu di lain waktu untuk bercumbu ketika berbulan madu?". Hem... nakal sekali pikiranku yah, namun menurutku itu wajar, dan sangat wajar. Bagaimana tidak, aku yang dalam keseharianku selalu tercabik oleh bisingnya 'mama' kota, kini aku termanjakan oleh gemericik air di depan villa itu. Malah menurutku terlalu bodoh jika aku tidak merindukan cimelati hanya untuk mengejar masyghul nya kota.
Entah, apa yang ada di pikiran temanku lainnya.
Pertama, Tika si gadis polos, yang berkatnya dapat membawaku dan teman lainnya ke villa cimelati tanpa ongkos.
Lalu, si Lala, seorang putri Semarang yang kerap memberikan senyum sembarang pada setiap orang.
Kemudian Lili pakai 'K', teman yang menurutku sangat terbuka, apalagi ketika makan di ruang depan, kepunyaan pak Ishadi SK.
Nah... kalo yang selanjutnya adalah Viki, perempuan yang mungkin paling beruntung karena telah tinggal di Jerman, walaupun pernah makan buah yang di discount di toko Turki.
Juga ada Luvi, gadis dengan pengalaman "reli", yah itu juga karena bapaknya yang lebih hobi naik mobil reli daripada menonton tivi.
Mita, yang ternyata hebat bermain bola di atas meja, sampai tak bisa mengontrol kata-kata, karena keasyikan bercinta dengan pemain bola tak bermata.
Adith, cowok paling besar di kala itu, yang ternyata walau perawakannya lebih cocok menjadi bandit, memiliki jiwa nan santun bak sedang dipingit.
Iva, perempuan berambut lumayan pendek, rapi dan sedikit melngkung bagaikan kurva.
Yang terakhir, nacha, setubuh manusia yang kalau tidur mirip sekali ular sanca, yah karena di antara kami semua dialah yang paling kenyang memejamkan mata dan baru terbangun saat mentari menyinari patung-patung arca.
Hah... lagi-lagi aku mengeluh. Bukan, aku bukan mengeluh karena telah pergi ke sana, lakin aku mengeluh karena takut itulah akhir dari kebersamaan kita semua. Hai teman, ingatkah ikrar kita bersama pak Ishadi di tepi bumi kemarin. Yah kita berikrar untuk memberikan sesuatu yang belum pernah ada di desa itu...
Oh iya, hampir terlupa. Masih ada tiga lagi raga yang sering kali menemani kita, siapa lagi kalo bukan mas Tarso, si 'koki' lantai 9 yang telah memanjakan lambung kita semua, dengan berbagai hidangan yang emmmm... mas Udin yang dah bantuin 'ngulukin' layang-layang dan juga mengabadikan beberapa pose paling narsis di bilangan cimelati. Ibu (maaf saya gak sempet kenalan), terima kasih atas segala polahmu yang teramat santun, oia aku teringat ketika tawaran untuk mencarikan gadis cimelati buatku itu keluar dari antara kedua bibir yang berwarna merah pucatmu... sontak keinginan memiliki juwita dari ranah nan sejuk ini bertamu tiba-tiba... namun kemudian sirna begitu saja... yah mungkin karena itu hanya basa basi semata. Ah tidak juga sih, sepertinya ibu itu akan berkata benar, seandainya aku tetap bermukim barang satu minggu saja. Tapi terlepas dari itu semua, aku yakin di suatu tempat telah duduk manis seorang gadis nan jelita menanti sapaku. Hem... tak terasa ternyata jiwaku mulai merasuki ujung jemariku, hingga kata-kata ini mulai mengambang ke permukaan.
Pak Ishadi... sungguh sosokmu itu telah menguliti tepian hidup yang sedari tadi ragu untuk kujalani. Ternyata, surga yang sekarang telah kau reguk, terlebih dahulu melewati kerikil panas tak berhati. Hebat, sungguh hebat sekali bapak. Aku hanya bisa berterima kasih atas semua yang telah kau sisipkan bagi jiwa dan ragaku ini. Dan bertanya kapankah kita bisa bersama lagi, bercanda, bercerita sembari mengintip rembulan yang kian merayap di atas rerumputan.
Entah...
Esok, lusa, ataukah nanti itu kan tercipta lagi?
Yah... semoga saja dzat Maha Penentu
tak memberikan kita jalan buntu
untuk semua cita dan asa yang telah terpatri
di dalam hati
Sampai jumpa lagi cimelati
tunggulah aku
di depan dekat pintu gerbang berbariskan kayu
ipulyangsedangmencarisebuahgucisuci
berisikanperidiranahtamanpesonatakbertepi
(Ampun pak... jangan hukum kami!
kami janji akan bekerja lebih giat lagi...hiikss)

Comments

Popular Posts