Mengapa Harus Re-Sign

Entah apa yang harus kulakukan kala temanku satu persatu undur diri. Yah mereka adalah teman baikku, yang tak tahu kapan dan di mana aku bisa kembali merasakan kehangatan sisi lain dari raga mereka. Sedih, ragaku mungkin cukup kuat untuk menyelinapkannya di balik kelopak mataku. Tapi jiwa ini tetap saja merengek, yah aku tak kuat kawan, aku tak kuat dengan sikapmu yang membiarkanku berdiri tidak bersama.
Mengapa harus pergi? pertanyaan ini kerap berziarah ke muara fikirku. Menyerah, tentu bukan itu jawabnya, karena aku yakin kalian terlalu tangguh. Atau mungkin kalian telah menemukan sebuah cahaya baru, yah cahaya yang lebih besar dan lebih bermanfaat. Semoga saja itu!
Mengapa harus bertahan? pertanyaan ini pun tak kalah setianya menjadi tamu tubuhku bagian teratas. Aku tak tahu kenapa aku harus masih berada di sini. Loyalkah diri ini, sepertinya tidak begitu benar, dan juga tidak sepenuhnya salah. Entah sampai kapan aku masih berada di sini, menjadi "kuli necis" yang hanya memberikan benih bagi ladang rambutku sementara ladang yang lain terasa kering.
Sobat, aku tak tahu 5 bulan ke depan apakah aku akan tetap di sini... atau bertemu kalian di luar sana dengan status yang lebih terhormat, atau mungkin aku akan ke Mesir... oh mesir panggillah aku tuk berteduh di bawah pohon kurma mu dan mendengarkan bait-bait penuh makna bagiku dan semua.

Tapi aku sadar aku hanya manusia biasa
yang menjadikan usaha dan doa sebagai keniscayaan
namun akhirnya tentulah DIA saja
penentu segala arahan
Tuhan... Ma uriidu illa ridhaa-ka

Comments

  1. Dahsyat pul!
    Gue senang dengan gaya penlilsan yang sastrawi!

    Keep writing!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts