Hearing dengan CT

Menjelang Maghrib,Auditorium Bank Mega 160806

"Bagi yang tidak tugas siaran, ayo ke lantai 3 Auditorium Bank Mega", dengan suara Bass yang khas Pak Iwan, Kadiv News, menyeru segenap manusia penghuni lantai 3. Sebagian langsung bergegas, sebagian lagi memilih mengerjakan tugas yang tanggung kalau ditinggalkan. Setelah itu baru beranjak menapaki jejak langkah pendahulunya. Kami semua dikumpulkan di sebuah ruang yang besar. Aku termasuk dari golongan kedua, yang memilih menyelesaikan tugas karena tanggung sekali memang, lalu mengamini seruan pak Kadiv untuk berkumpul.

Setibanya di pintu, ratusan orang duduk menunggu para pemimpin perusahaan yang akan datang bersama yang empunya Trans TV, Pak Chairul Tanjung. Aku langsung saja masuk dan mencari rekan-rekanku di lt.3 yang lebih dahulu datang. Setelah ketemu, aku langsung mengarahkan langkahku ke tempat di mana mereka kumpul. Lalu aku atur posisi duduk senyaman mungkin. Bersila. Tak lama para pimpinan perusahaan datang. Mereka menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Pak CT di tengah. Di sebelah kanan pak CT ada dua orang. Pak Is (Dirut Trans TV) dan yang satunya aku tak begitu akrab dengan wajahnya, namun kalau tidak salah dengar dia adalah salah satu komisaris di perusahaan ini. Sedangkan Pak Tama, Mba Atik, dan lagi-lagi orang yang belum aku kenal namanya, duduk berurut di sebelah kiri pak CT.

Acara dimulai. Mba Sheila yang membuka acara. Pembicara pembuka adalah Pak Is. Dia berdiri di depan tiang penyanggah microphone dan memberikan beberapa kata yang terangkai dalam sebuah kalimat yang aku yakin sangat bermanfaat. Namun sayang, aku tak begitu dapat mendengar suaranya dengan jelas. Mungkin karena audionya atau mungkin juga karena suara lirih sebagian teman yang lain. Menyesal sekali aku tidak bisa merekam selaksa kata bijak dari orang bijak. Kemudian owner trans tv ambil alih berbicara. Kurang lebih 35 menit pak CT memaparkan semua ekspektasinya terhadap perusahaannya ke depan. Visioner futuristik yang humanis, itulah yang dapat aku tangkap untuk menggambarkan sosok dirinya ketika berbicara di tengah-tengah kami. Semoga dalam ranah terjaga, menjadi zhahir. Tidak sekedar maya, yang melulu berziarah di alam bawah sadar ansich.

Akuisisi TV 7 dan Trans TV adalah salah satu keputusan yang tidak mudah menurutku. Betapa tidak, TV 7 yang sejak kelahirannya di dunia informasi berbasis teknologi tinggi ini tak kunjung meraup untung, malah -katanya pak CT- rugi yang terus menggunung. Ternyata mungkin contoh ini dapat memperkuat anggapanku dengan sosok pak CT sebagai seorang 'Visioner Futuristik'. Yah, orang yang dapat melangkah terlampau jauh dari yang lainnya. Semoga di suatu saat nanti pimpinanku benar-benar menjadi seorang Visioner Futuristik yang humanis.

Terakhir, dia mengingatkan kami. Kita jangan akabbur dan sombong. Mendengar pernyataan itu hatiku kembali tersenyum. "Semoga saja ia" lirihku membatin. Lakukanlah yang terbaik, bekerjalah lebih keras, lanjutnya. Sontak aku teringat sebuah kalimat asing yang tertulis di sebuah dinding kos tempat aku dan adikku menetap ketika hendak kursus bahasa inggris di Pare, Kediri. "Don't think to be the best, but think to do the best". Mungkin kata-kata ini seraya dengan perkataan sang 'Big Boss' di atas.

Lalu, aku beranjak keluar menelusuri lorong jembatan berdinding kaca yang menjadi penghubung antara gedung Trans TV dan Bank Mega. Aku di tengah kerumunan manusia-manusia hebat. Mereka semua guruku. Tapi aku tak tahu, apakah aku muridnya. Berjejalan waktu itu, hingga membuat serasa langkahku hanya sehasta, mungkin lebih, mungkin juga kurang. Dengan waktu yang tidak seperti biasanya ketika kumelangkah setiap hari jumat, akhirnya sampai juga di lantai 3 tercinta. Yah... lantai yang telah memberiku arti hidup yang baru, serta asa dari sebuah cinta pada 'dirinya' yang juga baru.


Comments

Popular Posts