Inaugurasi BDP 6 Trans TV

Setelah lebih dari empat bulan kami tidak berkumpul bersama, akhirnya acara inaugurasi pun digelar. Tidak hanya untuk melepas rindu yang kian menderu, namun di samping itu ada hal yang sangat penting, yakni meniadakan sekat-sekat pembatas antar divisi sehingga dapat membangkitkan kekompakan bersama. Camp Pringayu, sebuah tempat yang menjadi saksi bagi kami semua, bahwa betapa kebersamaan tanpa perbedaan ternyata sangat indah. Ah... tapi sayang aku datang terlambat. Aku tak dapat merasakan apa yang sedari pagi tadi telah mereka lalui. Tapi aku tetap bersyukur bisa merasakan detik-detik tumpah ruahnya kebersamaan.
Aku tiba sekitar pukul setengah lima sore. Mereka sedang mempersiapkan kreativitas yang nantinya akan diperlombakan antar kelompok. Ada yang kebingungan mencari ide, ada pula yang kebingungan menggabungkan ide yang saking banyaknya. Kemudian kreativitas mereka ditampilkan dalam tiga zone yang berbeda-beda. Walhasil, dari tiga zone itu terpilih 3 kelompok yang akan memperlihatkan karyanya di depan petinggi Trans TV. Yakni kelompok penjaga pantai, sisi lain dan Ngelenong Nyok. Semuanya hebat. Tak salah memang Trans TV merekrut mereka semua, karena toh dalam waktu sesingkat itu mampu melahirkan sebuah karya yang sangat menghibur. Salah satunya kelompok penjaga pantai yang kala itu menjadi kelompok paling kreatif, sehingga dinobatkan menjadi pemenang pertama. Tema yang diambil adalah 'rebutan channel' menurutku. Pemirsa pertama ingin menonton tayangan religi, jenazah mati mengangkang. Sedangkan pemirsa kedua ingin menonton tayangan 'IDOL'. Wah pokoknya seru banget. Apalagi ditambah dengan polah lucu 'cecep' si beruang imut dari lantai 3. Karenanya hampir semua penonton melepaskan tawanya.
Hari semakin larut. Kini giliran acara yang lebih serius. Pak Tama, Wadirut Trans TV, mengetengahkan ekspektasinya terhadap kami sebagai bagian dari Trans Corp agar bisa menjadi orang yang ikut andil dari terciptanya sebuah peradaban. Semoga saja segudang asa yang malam ini dilontarkan benar-benar terjadi. Secara murni, lurus dan tidak memiliki tendensi apapun. Setelah itu, dilanjutkan oleh Pak Ishadi, Dirut Trans TV. Tak jauh berbeda isinya, namun tetap dengan gaya berbeda. Kemudian dia membacakan puisi yang amat menarik buatku. Entah yang lain. ....Merdeka tapi compang camping... Hem, selintas aku mencoba menghayatinya sejenak. Ternyata benar apakah benar kita sudah merdeka, kalau ternyata seorang ibu dan anaknya yang berusia 4 tahun, harus menjalani siang dan malam di balik jeruji besi selama 90 hari, hanya karena uang sejumlah 10 ribu. Sementara, para koruptor masih bisa beringsut, mengobral janji bahkan tertawa renyah, serasa tak berdosa. Lagi-lagi benar dalam puisi itu, 'merdeka tapi compang camping'.
Hari sekamin malam. Angin semakin akrab menjamahi tubuhku dan juga teman-temanku. Dingin sekali. Api unggun kian meredup. Hangatnya hilang perlahan bersamaan dengan pudarnya cahaya kemerahan.
Akhirnya acarapun usai, ditutup dengan renungan yang dipimpin oleh pak Azuan. Lalu kami pun memanfaatkan waktu untuk kembali beriang gembira bersama. Lantunan suara nan merdu dari dua artis BDP 6, eva dan abel, dengan setia menemani kami dalam mencari kebahagiaan. Ada yang duduk di anak tangga. Aku menangkap sebuah keletihan di tubuh mereka. Tapi ada pula yang dengan riangnya berlompat, berjoget, meluapkan semua kegembiraan, dan tidak terlihat capek sedikitpun. Sementara di depan dekat keboardist menjalani aksinya, aku melihat Pak Is menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan sesekali kakinya terhentak-hentak, seolah diapun tenggelam dengan rasa gembira seperti kami semua pada waktu itu.
Oh... betapa gembiranya hatiku bisa mengikuti acara ini. Semoga di lain waktu ada kesempatan seperti ini bagiku dan bagi kami semua. Seandainya ada aku tidak mau terlambat lagi. Sungguh!!!

Comments

Popular Posts