Dia adalah "ISK"

Aneh rasanya bagi saya jika mereka bilang dia tidak mengerti, bahkan tidak mau mengerti akan apa yang dirasakan sebagian besar orang yang kerap mengeluh dan terus mengeluh. Yah, apalagi kalau bukan tentang masalah kesejahteraan hidup yang layak (baca: gaji). Padahal, dia adalah seorang jurnalis yang telah banyak membuat asam garam --bukan hanya sudah memakan asam garam, tapi sudah pada tataran membuatnya lho- yang kini telah ditelan oleh junior-juniornya.

Siapa yang salah? Hmm, itu mungkin yang menjadi inti permasalahan sekarang. Kebijakan perusahaan, sikap pimpinan, atau jangan-jangan sikap kita (baca: karyawan). Tapi tunggu dulu! sebelum kita terjebak dalam sebuah jurang 'saling menyalahkan', bukankah lebih baik kita lihat dulu diri kita. Apakah memang kita sudah layak mendapat sesuatu yang lebih, pada saat ini? atau belum. Terserah mau jawab apa. Tapi, yang perlu dicatat apakah memang jawaban itu sudah benar-benar merupakan buah pemikiran yang objektif.

Ingat ada beberapa proses yang seharusnya dapat kita jalani dengan benar. Pertama, Ikhtiyar. Proses ini akan menjadi penentu, apa yang akan kita dapatkan. Saya teringat dengan wejangan yang berulang-ulang kali diketengahkan oleh pak 'CT'. Kalian harus bekerja lebih keras dari orang lain, begitu katanya waktu kami sedang duduk di deretan bangku sebuah kampus mewah di bilangan jaksel. Kedua, sabar. proses ini adalah masa menunggu hasil dari apa yang telah kita kerjakan. Ketiga, Tawakkal. Kita serahkan saja pada-NYA atas hasil yang kita dapatkan. Dan yang terakhir, adalah Ikhlas. Sebuah proses yang amat berat, yang sudah tidak lagi meperhitungkan besar kecilnya sebuah pendapatan. Namun, lebih kepada sejauh mana, setiap kucuran keringat kita dapat bermanfaat bagi orang banyak. Khoirukum anfa'uhum lin Naas (Sebaik-baik orang di antara kamu, adalah mereka yang beramnfaat bagi manusia.

Saya teringat ketika dia berkata "inilah hasil perjuangan saya selama puluhan tahun", sambil menunjuk sebuah bangunan villa serta panorama sekitarnya. Sontak, saya berkaca pada diri saya yang baru saja tiga bulan berjuang. Seketika itu pula, saya menjadi sangat yakin, kalau ternyata apa yang kita dapat, sesuai dengan apa yang telah kita perbuat. Asalkan kita sabar menunggu waktu yang tepat. Tidakkah kita sadar bahwa kita harus sabar. As-Shobru Dhiyaa-un (Sesungguhnya sabar itu akan mendatangkan cahaya).
Dari itulah saya sangat yakin kalau dia cukup mengerti, bahkan sangat mengerti apa yang terjadi di antara kita kini. Namun sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Saya tidak akan meminta apalagi memaksa mereka untuk mengamini apa yang saya tahu, bahwa dia tidaklah seperti apa yang mereka katakan. Bahkan, yang saya tahu, dia cukup bijak, hingga setiap kata-katanya selalu menyentuh inti, tidak hanya terdiam sampai kulit saja, lalu kemudian masuk ke hati, tidak berhenti sampai ditepi pori-pori. Yah, dia adalah 'ISK'.


***
Man yarham yurham
Barang siapa yang menyayangi, yakinlah dia akan disayang

Comments

Popular Posts