Tak Ada Jawaban

Sedikitpun wajahnya tak menunjukkan arah ke raga yang sedang duduk tepat di depan layar segi empat. Matanya kosong, sekosong ruang tanpa permadani di tengahnya. Ups... mungkin tak sepenuhnya benar. Karena sejurus kemudian matanya terlihat sibuk. Sesibuk deretan kalimat yang sedari tadi berjejal di atas kertas putih dan telah menjadi teman akrabnya.

Raga tetap saja terpaku, sambil mengeja sikap yang diapun tak tahu kebenarannya. Tapi diam-diam jiwa berjalan menghampirinya dan berkata : "Adakah yang bisa saya bantu...?". Semenit ditunggunya. Tak sepatah katapun keluar. Bibirnya terkatup. Sedikitpun tak mekar. Raga, bersabar. Lima menit baru saja tiba. Dan dia masih saja bungkam. Dia masih asik bercanda dengan lembaran kertas yang disusunnya tepat di depan jiwa berdiri. Sedetikpun dia tak melihat jiwa. Pun mendengar ucapannya. Ternyata dia benar-benar tak merasakannya. Semuanya berlalu tanpa ada jawab.

Kemudian dia mengukur jarak. Berjalan agak tergesa dengan setumpuk kertas hingga hilang ditelan daun pintu. Jiwa terdiam. Walaupun sebenarnya ingin mengejar. Tapi semua tidak bisa dilakukannya. Raga tak mengizinkannya. Karena telah sakit. Yah sakit karena ulahnya sendiri. Raga telah terlalu banyak meneguk manisnya madu. Hingga akhirnya raga lupa. Bahwa setiap laku janganlah sampai terlalu. Sebab suatu waktu manis itu akan terbenam, tergantikan rasa panas yang menyesakkan.

Raga dan jiwa kini harus berjalan di atas air sungai. Mencoba untuk menetralisir rasa yang pernah mengalir ke setiap inci vena. Mengalir terus bersama gemericik air adalah suatu keniscayaan baginya. Walaupun kadang terhempas dan menerjang bebatuan kehidupan. Mungkin inilah arus sungai kehidupan yang harus dilaluinya, untuk menuju muara hati yang sejati.

Sungguh bukan ini yang ingin raga peluk
Bukan ini pula yang hendak jiwa tangkap
untuk mendekap erat segenggam rasa

Raga sirna
Karena dengan begitu kilau emas akan terbit
di timur cakrawala
dan menyapa dunia
seperti sedia kala

Jiwa tak lebih dari angkasa malam
yang siap menemani setiap penyendiri

Mereka berjanji...
Kapanpun senyuman gugus bintang akan tersaji
Jika kau sapa malam-malamnya, baik kini ataupun nanti

Comments

Popular Posts