Tuhan... Aku harap Kau tidak marah
Sudah tiga hari ini mencoba 'menceraikan' facebook dalam menu keseharian, namun ghirah untuk kembali menulis lebih serius tak kunjung datang. Satu dua paragraf tulisan saja sudah membuat jemari kaku. Bukan karena lemas, tapi karena jutaan kata seolah lenyap begitu saja. Tak ada kata lagi.
Tak tahu kapan kata-kata itu akan berziarah lagi. Sebulan, dua-tiga bulan bahkan setahunpun akan kuceraikan 'facebook' demi rujuk kembali dengan sederatan kata-kata indah.
Tak tahu kapan kata-kata itu akan berziarah lagi. Sebulan, dua-tiga bulan bahkan setahunpun akan kuceraikan 'facebook' demi rujuk kembali dengan sederatan kata-kata indah.
Tuhan, aku ingin menulis lagi
Seperti dulu
Bahkan lebih baik lagi
Tuhan, aku ingin menulis tentang dia
Dia yang telah menjadi semangatku
Tuhan, ijinkan aku bercanda mesra dengan Mu
Lewat kata-kata yang kutulis nanti
Nanti akan kuceritakan segalanya tentang 'dia'
Ssst... Jangan bilang siapa-siapa ya
Ini rahasia antara kita berdua
Hanya aku dan Engkau
Tapi nanti... aku harap Kau tidak cemburu
Kalau aku mencintainya
Sungguh rasaku padanya
Kan tetap bermuara ke singgasana mahabbah Mu
Tuhan, aku harap Kau tidak marah
Jika kupinta 'malaikat bumi' ini menjadi bidadariku
Namun aku janji
Segala iradahMu nanti
Kan kujunjung tinggi dalam hati
Siapapun yang akan Kau putuskan mengisi jiwaraga ini
Kuharap aku bisa mencintainya tanpa henti
Comments
Post a Comment